Misalnya, untuk mendapatkan pacar: kamu harus tahu apakah kamu sudah memenuhi semua kriteria dari “tipe calon pacar idaman†si dia yang kamu incar, dan dari semua orang yang memenuhi kriteria, apakah kamu memiliki nilai plus (lebih humoris, rumah kamu lebih dekat dengan si dia diantara kandidat yang lain atau mungkin diantara semua yang mengincar si dia, kamu yang tidak bau badan).
Hal ini juga berlaku untuk cita-cita yang lebih serius, seperti, mencari pekerjaan, naik jabatan, agar perusahaan yang kamu dirikan berhasil bersaing dengan merk lainnya, mencari beasiswa ke luar negeri, dan lain-lain. Sekarang, coba kamu tuliskan dulu tiga hal ini: 1.) apakah cita-citamu? 2.) apa saja kriteria yang diperlukan untuk menggapai cita-cita ini, dan apa saja yang sudah kamu miliki? 3.) apa keunggulanmu yang membuatmu lebih baik dari pesaingmu yang memiliki cita-cita yang sama? Jika belum ada, apa yang bisa kamu lakukan untuk mengasah keunggulanmu?
Masih di buku yang sama, Andersen (2010) menjabarkan langkah-langkah konkrit dalam membuat strategi dalam mengejar impianmu. Ini dia langkah-langkahnya:
Definisikan cita-citamu dengan baik. Langkah ini harus kamu ambil jika kamu masih belum tahu apa cita-citamu atau apa langkah konkrit yang harus dilakukan untuk mencapai cita-citamu. Ada tiga cara untuk mendefinisikan cita-cita dengan baik. Cara pertama adalah untuk mereka yang belum mengetahui apa cita-citamu: tanyakan pada dirimu apa yang kamu ingin dapatkan dan bagaimana cara mendapatkannya. Contohnya: kamu ingin namamu dikenal banyak orang, dan setelah melihat bakatmu adalah menulis, maka kamu memutuskan untuk menjadi penulis yang baik.
Cara kedua adalah bagi kamu yang sudah tahu cita-citamu (target), tapi belum mengetahui langkah konkritnya, yaitu: dengan memeriksa elemen apa yang belum bekerja dalam usahamu mencapai cita-cita. Misalnya, kamu adalah kepala dari departemen sales yang belum mencapai target penjualan di tahun ini. Sebelum membuat strategi apa-apa, ada baiknya kamu mencoba melihat apa yang salah dari proses kerjamu selama ini. Apakah kesalahan terletak pada tim sales-mu yang kurang ramah? Atau mungkin penyebaran informasi produk yang kurang luas? Atau jangan-jangan ada kekurangan pada produk yang kamu jual sehingga konsumen tidak merekomendasikannya ke teman mereka?
Setelah kamu memilih salah satu cara di atas, tutuplah pendefinisian cita-citamu dengan pertanyaan ini: seperti apakah rasanya saat saya sukses? Pertanyaan ini akan membuatmu fokus ke satu arah tertentu. Contohnya, jika seorang dokter mendefinisikan sukses sebagai “memiliki banyak uangâ€, maka langkah yang akan dia rencanakan adalah mencari rumah sakit terkenal untuk berpraktek. Tapi jika definisi sukses dokter tersebut adalah “membantu sebanyak-banyaknya orang yang tidak mampuâ€, maka salah satu langkah menuju kesuksesan adalah dengan me-riset daerah yang masih tertinggal dan membutuhkan tenaga medis.
Ada tiga hal yang harus diperhatikan saat membuat daftar SWOT (strength, weaknesses, opportunity danthreat). Pertama, kamu harus melakukannya dengan objektif. Maksudnya, banyak orang yang melewatkan fakta-fakta yang tak dia sukai mengenai dirinya karena membuat dia tidak nyaman. Untuk jangka pendek, penyangkalan ini akan membuat hidup lebih mudah. Tapi untuk jangka panjangnya, justru penyangkalan ini akan merugikan karena kita tidak berkesempatan untuk memperbaiki diri.
Kedua, sering-seringlah mengubah perspektifmu dalam membuat SWOT untuk mendapatkan insight yang beragam. Misalnya, kekuatanmu dalam public speaking mungkin akan dipersepsi sebagai kesombongan oleh orang lain jika terlalu kamu umbar. Ketiga, utamakan kekuatan dan kelemahan yang lebih berpengaruh dengan cita-citamu. Contohnya pada saat kamu ingin mendapatkan nilai yang baik di sekolah, daripada fokus pada kelemahanmu yang tidak terlalu berpengaruh seperti tidak punya pacar untuk memotivasimu, lebih baik kamu mengutamakan untuk menghadapi kelemahanmu dalam memahami suatu teori yang diajarkan.
Ada dua hal yang harus kamu perhatikan pada fase ini. Yang pertama adalah, bagaimana realita yang memengaruhimu dalam mengejar target. Contohnya, apakah kamu memiliki uang untuk mengikuti program profesi psikolog setelah lulus sarjana? Jika belum, maka kamu harus memasukkan target “menabung untuk kuliah program profesi psikolog†pada titik setelah lulus sarjana. Yang kedua adalah, jangan sampai target yang kamu buat terlalu mudah, karena pergerakanmu mengejar cita-cita akan menjadi sangat lambat.
Langkah berikutnya adalah membuat list penghalang cita-citamu. Langkah ini mungkin terasa seperti pengulangan pada saat kamu membuat daftar kelemahanmu. Tapi, selain kelemahanmu, ada banyak penghalang lain yang sifatnya eksternal, seperti kondisi finansial, kualitas dari lembaga yang akan membantumu mengejar cita-cita, kondisi persaingan di lapangan dan lain-lain. Dengan membuat gambaran lengkap penghalang, kamu bisa memprioritaskan mana hal yang harus kamu dahulukan dan mana yang bisa diselesaikan nanti saja.
Misalnya, jika kamu ingin menyelesaikan program master (S2) tetapi memiliki penghalang keterbatasan finansial, kamu bisa membuat beberapa “rencana perjalananâ€: mencari beasiswa, bekerja dulu sebelum melanjutkan sekolah atau bekerja sambil sekolah. Dengan berdasarkan pada data yang kamu buat pada langkah sebelumnya, niscaya “rencana perjalananâ€-mu akan lebih masuk akal dan sesuai dengan kondisimu sekarang.
Memilih strategi. Sudah menemukan jalan terbaik untuk mengejar cita-citamu? Sekarang saatnya membuat strategi untuk mengoptimalkan kekuatanmu dan untuk mengalahkan kekuranganmu. Tiga hal penting yang harus diingat saat membuat strategi: feasibility, impact dan waktu.
Feasibility maksudnya adalah “Apakah kamu benar-benar mampu melakukan strategi itu? Apakah kamu memiliki kemampuan yang dibutuhkan, waktu, dukungan dari orang-orang yang memiliki andil dalam hal tersebut, dana, dan lain-lain?†Jika kamu memilih strategi yang tidak feasible, yang terjadi adalah perasaan tertekan karena tidak dapat menjalankannya. Impact, pilihlah strategi yang memberikan hasil yang paling maksimal dengan usaha yang kita buat. Misalnya, bagi seorang manajer pemasaran yang akan memasarkan suatu barang, daripada dia membayar orang untuk menyebarkan brosur di jalan, lebih baik uangnya ia pakai untuk menyewa stand di tempat keramaian. Hal penting terakhir adalah waktu untuk melakukan strategi tersebut. Apakah strategi tersebut harus dilakukan terlebih dahulu atau bisa diletakkan di belakang? Apakah strategi tersebut akan “basi†jika tidak dilakukan sekarang, atau masih akan memberi impact jika dilakukan nanti?
Bagaimana? Sudah siap membuat rencana dalam mengejar cita-cita? Kamu juga bisa menuliskan cita-cita dan strategimu di bagian comment dan Ruang Psikologi akan mencoba memberi masukan bagi rencanamu sejauh ini. Selamat mengejar cita-cita!
Sumber:
Andersen, Erika. (2010). Being Strategic. New York: St. Martin’s Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar